6)Akan tetapi, Petrus berkata,"Emas dan perak tidak ada padaku. Tetapi apa yang ada padaku, itulah yang akan kuberikan kepadamu. Dalam nama Isa Al-Masih, orang Nazaret itu, berjalanlah engkau!" 7)Petrus memegang tangan kanannya lalu menolongnya berdiri. Saat itu juga kaki dan mata kakinya menjadi kuat. 8)Ia melompat tinggi-tinggi, lalu berdiri dan mulai berjalan ke sana ke mari. Kemudian ia masuk ke dalam Bait Allah mengikuti Petrus dan Yahya sambil berjalan dan melompat-lompat serta memuji-muji Allah.

(Kisah Para Rasul 3: 6-8, Kitab Suci Injil terj. 1912)





Minggu, 29 Mei 2011

LEPAS DARI BELENGGU - Kaum Muslim dan Kaum Nasrani dalam Perjalanan Menuju Kebebasan



(14 x 21) cm; 167 hlm; HVS 70 gr; 2007
ISBN: 979-15653-1-7
Rp 30.000,00



Dr. Jabbour yang terhormat, 
Kata-kata tidak dapat mengungkapkan berkah yang menyelimuti saya selama saya membaca buku Anda. Saya sungguh-sungguh merasa Roh Suci berbisik di telinga saya, “Mengertikah engkau, Fatima? Inilah yang Kumaksudkan.” Buku Anda datang tepat waktu dalam kehidupan saya untuk meyakinkan saya bahwa kita sedang menyembah Tuhan yang hidup, dan Ia tidak pernah meninggalkan kita. Saya bisa mendengar penjelasan-Nya kepada saya tentang apa yang dikatakan-Nya dalam Yeremia 40:4, “Aku melepaskan engkau hari ini dari belenggu yang ada pada tanganmu itu . . .Aku akan memperhatikan engkau.” Dia, Allah sendiri, Yang Mahakuasa, memperhatikan saya. Saya menyukai terjemahan Arab untuk frase ini, ‘aini ‘alaiki (“Mataku tertuju kepadamu.”). Ia tidak hanya menengok kepada saya. Perhatian-Nya  tertuju pada saya.

Saya ingat ketika untuk pertama kalinya seorang wanita Nasrani menolong saya mengenal Isa. Saya berkata kepadanya, “Saya mau mempelajari keempat injil bersama Anda, tetapi saya mohon, jangan Perjanjian Lama, juga jangan kitab Kisah Para Rasul, dan terutama Surat-Surat. Perjanjian Lama mengingatkan saya akan hukum-hukum yang ketat. Kitab Kisah Para Rasul tidak berarti bagi saya, dan saya tidak peduli siapa pergi ke mana dan melakukan apa. Sedangkan Surat-Surat, saya bahkan tidak ingin membacanya. Itu hanyalah surat-surat yang dibatasi oleh sejarah waktu dan ruang, dan itu tidak berlaku bagi saya.”

Wanita Nasrani itu begitu sabar terhadap saya dan ia terus menolong saya, dan Allah memakai dirinya seperti layaknya sebuah “kabel yang mengejutkan batu batere kami yang mati” — keluarga kami, yang kini semuanya mempercayai kebenaran Al-Masih.
Bulan demi bulan berlalu dan wanita yang menolong saya itu kemudian pindah ke negeri lain. Suatu malam, di samping tempat tidur saya, saya bertanya kepada-Nya, “Apakah ini mimpi? Lalu selanjutnya apa? Apa yang seharusnya saya lakukan sekarang? Mengapa Engkau membiarkan saya di tengah lautan saat saya tidak tahu bagaimana harus berenang sendirian?” 

Ia menjawab saya melalui buku Anda, katanya: “Fatima, engkau bebas sekarang ini. Bangun dan berjalanlah. Mudah saja. Ikuti AKU.” 
Saya mengaku kepada Anda bahwa sementara saya membaca buku ini saya harus meletakkan buku ini beberapa kali untuk menarik nafas. Beberapa kali saya terisak-isak. Saya menangis. Saya tertawa. Saya merasa bahwa Tuhan memeluk saya dan mengayun saya ke kiri dan ke kanan sementara kepala saya terbenam di dada-Nya. Kata-Nya, “Ya, anak-Ku. Aku sangat mengasihimu. Jangan khawatir. Engkau tidak akan pernah sendiri lagi. Aku akan selalu di sini untukmu.”

Dr. Jabbour, saya beranjak mengambil Kitab Suci saya dan mulai membaca lagi kitab Kisah Para Rasul, lalu saya menemukan suatu makna yang baru dalam kata-kata, “Itu adalah kisah-Ku selanjutnya.” Saya merasakan penderitaan murid-murid ketika mereka berjuang di antara kenyataan dan keragu-raguan. Saya merasakan kehadiran-NYA; saya bisa melihat mata-Nya yang berlinang air mata memandang saya, memeluk saya sambil berkata: “Tidak apa-apa, Fatima. Aku mengasihi engkau sebagaimana engkau ada. Engkau bukan penipu, Fatima. Engkau tetap dapat berkata alhamdulillah (“syukur  kepada Allah”) daripada puji Tuhan jika engkau mau. Engkau tetap dapat berkata bismillah alrahman alrahim (“dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Penyayang”) saat engkau hendak berangkat dengan mobil di pagi hari. Tidak apa-apa, Fatima. Engkau bukan penipu. AKU tetap sama baik kemarin, hari ini, besok, dan selamanya. Jadi, engkau tetap dapat berkata sadakallah alazim (“sesungguhnya dan dengan kebenaran Allah telah berfirman”) setelah engkau membaca Kitab Suci. Engkau tidak perlu mengganti bahasamu dengan bahasa-bahasa Nasrani. Aku mengasihi engkau, Fatima Al Makky, sebagaimana engkau ada. Jika Aku menginginkan sosok Nasrani, tentunya Aku sudah menciptakan engkau di tengah-tengah sebuah keluarga Nasrani. Tetapi Aku menginginkan ENGKAU. Jadi, tenangkanlah dirimu di lengan-Ku, ‘Nak, dan jangan menendang.” Percayakah Anda? Setelah itu saya tidur selama dua hari penuh!

Terima kasih banyak, saya merasa sangat terhormat diberi kesempatan untuk membaca apa yang telah Tuhan sampaikan kepada Anda untuk diteruskan kepada kami, orang-orang yang baru percaya, melalui Roh Suci-Nya. Sekali lagi, saya yakin 100 persen bahwa Allah akan memakai buku ini. Sekarang saya sedang bersenang-senang dalam kasih Allah. Suatu hari, Allah akan memakai saya juga menjadi kabel yang mengejutkan batere-batere lain yang sudah mati. 
Wassalam,
Fatima Al Makky, Ph.D.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar