Sembilan jam yang saya lewatkan dengannya dalam dua hari dapat dikatakan tak terlupakan.
Mengawali pertemuan kami bersama, syeik itu mengundang saya untuk datang ke rumahnya. Sejak awal bertemu, kami membangun relasi yang nyaman dan bersahabat. Karena kami hanya berdua saja duduk bersama di ruang tamunya, tanpa berlama-lama ia langsung mengajukan sebuah pertanyaan yang terus terang kepada saya: “Apakah Anda percaya akan kedatangan Isa yang kedua kali?”
“Ya,” jawab saya.
“Menurut Anda, kapan Isa akan datang?”
“Segera, tak lama lagi.”
“Ya, tapi berapa lama lagi?”
“Segera. Kami kaum Advent tidak mencoba mereka-reka tanggal Kedatangan-Nya yang Kedua Kali, tetapi kami pikir tak akan lama lagi.”
“Menurut Anda apakah Isa akan datang di abad ini?”
“Saya tidak tahu. Isa bisa saja datang lebih awal daripada yang diharapkan banyak orang, termasuk kaum Advent.”
“Saya percaya bahwa Isa akan datang di abad ini,” katanya. “Dalam tulisan-tulisan suci, saya menemukan serangkaian tanda yang menunjukkan kapan Ia akan datang, dan hampir semua tandanya telah digenapi.” Kemudian dalam beberapa jam berikutnya kami duduk dan berbincang tentang kedatangan kembali Isa. Ia adalah seseorang yang bukan hanya percaya akan Kedatangan Isa yang Kedua Kali, tetapi memercayainya dengan penuh gairah dan semangat. Ia berpendapat bahwa dunia sekarang ini akan menjadi sangat kacau dan menjadi lebih buruk; hanya kedatangan kembali Isa yang dapat membuat segala sesuatunya benar.
Hari berikutnya saya dan syeik itu bertemu untuk memikirkan topik apa yang seharusnya menjadi dasar pembahasan dalam kelompok yang lebih besar kelak. Tak butuh waktu lama, kami sepakat menentukan topik Kedatangan Isa Kedua Kali. Kami memutuskan untuk meminta masing-masing pihak menyiapkan penyajian singkat tentang topik kedatangan kembali Isa, tentang tanda-tandanya, dan tentang antikris.”72
Beberapa bulan kemudian, Johnsson dan satu kelompok kecil ahli teologi dari kaum Advent bertemu lagi dengan syeik tadi, bersama-sama dengan sekelompok ahli teologi dan para pemimpin spiritual dari antara lingkungannya. Johnsson menulis bahwa “keramahtamahan dan kehangatan persahabatan sangat terasa melebihi perkiraan ketika kami turut serta dalam sebuah pesta berlimpah. Ketika kami beralih pada penyajian-penyajian yang telah kami siapkan, tingkat ketertarikan sangat terasa. Pihak kaum Muslim sangat memperhatikan setiap kata yang diucapkan oleh tamu-tamu mereka kaum Advent. Keingintahuan yang besar serta pengharapan terasa sangat gamblang sepanjang malam itu dan juga pada hari berikutnya.
Bulan demi bulan pun lewat sejak kami bertemu dengan sahabat-sahabat Muslim kami. Saya masih memikirkan peristiwa itu, berupaya menemukan apa artinya, dan membayangkan apa yang ada dalam benak Tuhan bagi jemaat-Nya. Itu adalah kejadian yang sangat luar biasa. Kehausan untuk belajar lebih banyak, kepercayaan yang kuat bahwa Isa akan segera datang kembali—kalau saja saya bisa menemukan semangat yang seperti itu di antara saudara-saudari saya kaum Advent. Ya, memang ada perbedaan-perbedaan besar dalam pemahaman tentang kedatangan Isa kembali. Tetapi pada dasarnya, fakta yang penting dan mendasar tetap ada: sejumlah besar kaum Muslim sedang mengharapkan kedatangan Isa—dan segera.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar