Melalui buku ini, yang ditulis oleh seorang putra Simorangkir, Pdt. Dr. M.S.E. Simorangkir, M.Th., kita para pembaca diberi kesempatan indah dan langka untuk mengikuti perjalanan sebuah “pargodungan” atau sebuah “huria sabungan”/jemaat-induk di lembah Silindung, yaitu pargodungan Simorangkir, sebagai pargodungan ke-empat di lembah tersebut. Dan uniknya, Simorangkir adalah satu-satunya huria sabungan, yang kemudian salah satu jemaat cabangnya/filialnya diangkat menjadi sebuah pargodungan tersendiri yakni Hutabarat Porbaju. Sepanjang pengetahuan kami, inilah buku pertama, yang meliput sejarah lokal sebuah jemaat induk di seluruh daerah sending “Batak Mission” dari lembaga PI Jerman RMG (kini dikenal dengan nama VEM atau UEM, berpusat di Wuppertal-Barmen, Jerman) melalui laporan-laporan otentik dari sang pelaku sending itu sendiri, para misionaris RMG yang ditempatkan di Tanah Batak, khususnya di Simorangkir.
Misionaris Beisenherz memberitakan, yang juga sudah berkalikali diberitakan, bagaimana warga jemaat Simorangkir mengangkut kayu untuk gedung gereja, yang diambil dari hutan-hutan di sekitar Pangaloan, jadi cukup jauh, menggotongnya sampai di tempat. Sepanjang hari dan malam mereka tinggal di hutan-hutan, sering kali mereka berangkat ke sana pada pagi-pagi hari Senin dan baru kembali pada hari Kamis atau Jumat dengan berbeban berat. Tiang yang terbesar dipikul oleh 20 sampai 25 orang di bawah teriakan-teriakan suara yang keras untuk memberi semangat, bahkan orang kafir pun turut juga membantu.
Exemplarily for the significance of the documents and photographs is mentioned a photograph of the building of the first Rhenish Mission Church in Simorangkir. The picture belongs to a lecture about the work of the Rhenish Mission Society in Sumatra. The lecture which consists out of some 70 pictures has been developed around 1924 to show people in Germany the work of the RMS. In the description of the photographs it says: “The first church has been ruinous. Therefore the community of Simorangkir decided in 1910 to build a new worthy church.” This photograph shows, as many other documents and photographs do, the high effort of the people from the mission as well as from the people living at the places, for the faith in God.
Dengan ini saya mengucapkan selamat membaca kepada semua pembaca yang budiman dan terutama kepada semua teman semarga saya Simorangkir di mana pun mereka berada. Marilah kita bersyukur karena Injil telah disampaikan oleh para misionaris Jerman ke desa kita, yang kita semua yakini telah membawa dampak yang sangat berarti bagi semua keturunan marga Simorangkir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar