6)Akan tetapi, Petrus berkata,"Emas dan perak tidak ada padaku. Tetapi apa yang ada padaku, itulah yang akan kuberikan kepadamu. Dalam nama Isa Al-Masih, orang Nazaret itu, berjalanlah engkau!" 7)Petrus memegang tangan kanannya lalu menolongnya berdiri. Saat itu juga kaki dan mata kakinya menjadi kuat. 8)Ia melompat tinggi-tinggi, lalu berdiri dan mulai berjalan ke sana ke mari. Kemudian ia masuk ke dalam Bait Allah mengikuti Petrus dan Yahya sambil berjalan dan melompat-lompat serta memuji-muji Allah.

(Kisah Para Rasul 3: 6-8, Kitab Suci Injil terj. 1912)





Jumat, 24 Januari 2014

LAPORAN DARI SIMORANGKIR - Sejarah Perkembangan Kekristenan di Simorangkir Berdasarkan Laporan Misionaris RMG


(14 x 21) cm; 291  hlm; book paper; 2013

ISBN: 978-602-7653-09-2
Menulis buku adalah pekerjaan mulia karena buku adalah jendela dunia yang memperluas wawasan kita, apalagi jika buku itu terbit di tengah-tengah masyarakat berbudaya lisan yang masih jarang mengeluarkan buku-buku. Kami menyambut buku yang ditulis oleh sahabat kami tercinta Pdt MSE Simorangkir ini sebagai sebuah upaya menerjemahkan dan menghadirkan apa yang dipergumulkannya sebagai hamba Tuhan. Beliau adalah seorang dari antara sedikit Pendeta Gereja Batak yang sudah menulis beberapa buku (termasuk disertasinya yang bagus itu). Sebagai Pendeta dan mantan Bishop GKPI, Pdt MSE Simorangkir paham betul bahwa penginjilan adalah tugas bersama kita karena pada dasarnya tritugas panggilan gereja (koinonia, marturia, diakonia) adalah tugas bersama warga dan pelayan gereja. Kesadaran seperti inilah yang harus terbangun dalam diri kita semua agar Gereja kita kuat dan berwibawa dalam mengarungi lautan kehidupan yang penuh gelombang ini.
Eforus HKBP, Pdt. Willem TP Simarmata, MA. 

Melalui buku ini, yang ditulis oleh seorang putra Simorangkir, Pdt. Dr. M.S.E. Simorangkir, M.Th., kita para pembaca diberi kesempatan indah dan langka untuk mengikuti perjalanan sebuah “pargodungan” atau sebuah “huria sabungan”/jemaat-induk di lembah Silindung, yaitu pargodungan Simorangkir, sebagai pargodungan ke-empat di lembah tersebut. Dan uniknya, Simorangkir adalah satu-satunya huria sabungan, yang kemudian salah satu jemaat cabangnya/filialnya diangkat menjadi sebuah pargodungan  tersendiri yakni Hutabarat Porbaju. Sepanjang pengetahuan kami, inilah buku pertama, yang meliput sejarah lokal sebuah jemaat induk di seluruh daerah sending “Batak Mission” dari lembaga PI Jerman RMG (kini dikenal dengan nama VEM atau UEM, berpusat di Wuppertal-Barmen, Jerman) melalui laporan-laporan otentik dari sang pelaku sending itu sendiri, para misionaris RMG yang ditempatkan di Tanah Batak, khususnya di Simorangkir.

Mantan Eforus HKBP. Pdt. (Em.). Dr. J.R. Hutauruk. 

Misionaris Beisenherz memberitakan, yang juga sudah berkalikali diberitakan, bagaimana warga jemaat Simorangkir mengangkut kayu untuk gedung gereja, yang diambil dari hutan-hutan di sekitar Pangaloan, jadi cukup jauh, menggotongnya sampai di tempat. Sepanjang hari dan malam  mereka tinggal di hutan-hutan, sering kali mereka berangkat ke sana pada pagi-pagi hari Senin dan baru kembali pada hari Kamis atau Jumat dengan berbeban berat. Tiang yang terbesar dipikul oleh 20 sampai 25 orang di bawah teriakan-teriakan suara yang keras untuk memberi semangat, bahkan orang kafir pun turut juga membantu.

Rheinische Missions-Berichte, März 1911. 

Exemplarily for the significance of the documents and photographs is mentioned a photograph of the building of the first Rhenish Mission Church in Simorangkir. The picture belongs to a lecture about the work of the Rhenish Mission Society in Sumatra. The lecture which consists out of some 70 pictures has been developed around 1924 to show people in Germany the work of the RMS. In the description of the photographs it says: “The first church has been ruinous. Therefore the community of Simorangkir decided in 1910 to build a new worthy church.” This photograph shows, as many other documents and photographs do, the high effort of the people from the mission as
well as from the people living at the places, for the faith in God.

Julia Besten, Executive Manager Archives and Museum Foundation of the UEM. 

Dengan ini saya mengucapkan selamat membaca kepada semua pembaca yang budiman dan terutama kepada semua teman semarga saya Simorangkir di mana pun mereka berada. Marilah kita bersyukur karena Injil telah disampaikan oleh para misionaris Jerman ke desa kita, yang kita semua yakini telah membawa dampak yang sangat berarti bagi semua keturunan marga Simorangkir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar